RAJA PARMAHAN
“…Kegagalan utusan Sibagot Nipohan
membujuk Silahisabungan untuk dapat hadir dalam pesta bersama yang akan
diadakan, memaksa mereka untuk tinggal dipantai Tolping karena diketahui
sebelum Silahisabungan pindah ke Silalahi Nabolak tinggal di Tolping.
Sesampai dipinggir pantai banyak anak-anak mengerumuni mereka lalu ditanya apakah diantara anak-anak itu ada turunan Silahisabungan dan ternyata benar ada, bernama Raja – Bunga-bunga.
Kesempatan itu tidak disia-siakan lagi, anak itu dibujuk lalu dibawa lari karena menurut pemikiran mereka Sipaettua maupun si Raja Oloan pasti setuju karena Silahisabungan sudah mengirim utusannya.
Raja Parmahan adalah nama pengganti Raja Bunga-bunga yang dinobatkan Sibagot Nipohan karna diculik dari parmahanan pada waktu pengangkatannya sebagai anak kedua dari Tuan Sihubil dan menjadi adek Tampubolon dan marganya tetap Silalahi sesuai leluhurnya.
Untuk mempererat persaudaraan kedua anaknya itu dibuat ikrar yang berarti turunan Tampubolon maupun turunan Silalahi tidak boleh kawin mengawini dan ikrar ini dilaksanakan sampai sekarang.
Setelah Raja Parmahan Silalahi sudah dewasa Tuan Sihubil mengawinkan dengan boru Pasaribu dan diberi tanah pauseang di Hinalang dan diberi nama Silalahi Hinalang. Dan marga turunannya tetap Silalahi…”
Pada tahun 1932 sewaktu pesta Tugu Tuan Sihubil marga Silalahilah yang memberi sulang-sulang se-ekor kerbau kepada hahadolinya Tampubolon.
Adanya pendapat bahwa Raja Parmahan adalah Sigiro anak dari Pintubatu yang diculik dari Tolping tidak logis, karena tidak mungkin Tuan Sihubil membuat ikrar dengan Silalahi kalau anak itu bermarga Sigiro.
Pada zamannya leluhur ruhut-ruhut parmargaon itu jelas dan sebelum pelaksanaan ikrar atau sebelum diangkat anak, marganya sudah ditanya kebenarannya seperti kata pepatah :
a. Tinittip sanggar bahen huru-huruan Jolo sinungkun marga asa binoto partuturan.
b. Sigat sisigat hutu sigatan sisigat hata.
Pendapat lain yang disarikan dari buku leluhur marga-marga Batak dalam sejarah, silsilah dan legenda oleh Drs. Richard Sinaga menyebut ada tokoh Sondiraja mengakui bahwa Raja Parmahan adalah turunan Sondiraja.
Karena pendapat ini sulit diterima kebenarannya karena Sigiro maupun Sondiraja itu sudah menjadi marga turunan Silahisabungan. Dan apabila sudah menjadi marga tidak boleh lagi diubah-ubah terus kepada turunan-turunannya. Marganya sudah tetap Sigiro atau Sondiraja.
Kaitannya lagi kalau benar Doloksaribu, Sinurat, Nadapdap dan Naiborhu merupakan marga cabang/ranting dari marga Sigiro atau Sondiraja memperkuat keyakinan bahwa Raja Parmahan bukan Sigiro dan bukan pula turunan Sondiraja.
Seorang tokoh Tambubolon, Jakarta mengatakan bahwa ikrar yang ada dengan Silalahi tidak mencakup Doloksaribu, Sinurat, Nadapdap dan Naiborhu karena Tampubolon dengan keempat marga itu sudah banyak yang kawin mengawini.
Comments
Post a Comment