KEBERADAAN MARGA SILALAHI SEBAGAI ANAK DALAM SILSILAH SILAHISABUNGAN

Topik ini sangat penting. Mengapa? Permasalahan silsilah Silahisabungan sampai sekarang ini yang bersumber dan dibangun dari pendapat para penulis adalah ketidak bersamaan persepsi tentang Silalahi sebagai marga anak Silahisabungan.

Para penulis silsilah mengakui bahwa sejarah, silsilah maupun legenda yang diperoleh/diteliti dari pemilik marga selalu tidak sama karena ceritra yang diwariskan dari mulut ke mulut oleh leluhur, daya tangkap turunannya berbeda-beda dan sudah barang tentu akan menghasilkan tulisan yang berbeda pula.

Keberanian para penulis itu patut dihargai setinggi-tingginya karena dengan terobosan itulah marga-marga Batak pada umumnya dan Silahisabungan pada khususnya mempunyai bagan silsilah yang tertulis walaupun belum diterima sama oleh keturunan-keturunannya.

Harapan para penulis adalah untuk mendorong pemilik marga untuk menyatukan cerita leluhur yang berbeda itu dimusyawarahkan secara bersama-sama untuk menghasilkan silsilah yang benar dan diterima oleh seluruh turunan-turunannya.

Nyatanya khusus untuk turunan Silahisabungan bukan musyawarah untuk mufakat uang menjadi tujuan akan tetapi pemutar balikan fakta, data, peristiwa, kefaksian serta pernyataan untuk menghilangkan harkat dan martabat Silalahi sebagai marga anak Silahisabungan, sehingga ada turunan Silahisabungan yang tidak punya marga dan ada pula yang kelebihan marga.
Jelasnya setiap orang yang berasal dan masuk rumpun Batak harus ada marganya dan ada silsilahnya yang diterima secara turun-temurun dari leluhurnya.

Marilah kita lihat bagan silsilah Silahisabungan yang disusun para penulis atau pendapat pribadi dari turunan Silahisabungan mengenai keberadaan Silalahi sabungan marga turunan (sundut) yang keberapa dia dari nenek moyangnya sebagai berikut :
1.     W.N. Hutagalung dalam Pustaka Batak tahun 1926 menyusun bagan silsilahSilahisabungan

Ompu Sinabang anak Sinabang pergi ke Balige menjumpai Raja Parmahan (sigiro) tinggal di Pagarbatu turunannya bermarga Silalahi, di Hinalang turunannya Silalahi, tetapi dalam bagan turunan Raja Parmahan adalah Doloksaribu, Sinurat, Nadapdap dan Naiborhu tidak jelas dari anaknya yang mana. Sinabang maupun Sigiro sudah marga turunannya menjadi Silalahi, tidak logis Silahisabungaan sebelum pergi ke Silalahi nabolak pernah tinggal di Tolping Ambarita, akan tetapi tidak ada penjelasan lebih lanjut pernah kawin dan ada anaknya disana. Selama tinggal di Tolping yang tidak berlanjut inilah yang luput sehingga keberadaan Silalahi sebagai anak menjadi tidak tertulis dalam bagan silsilah.

2.     Drs. Nalom Siahaan dalam Adat Dalihan na Tolu membuat bagan silsilah Silahisabungan tahun 1982
Catatan tambahan :
Turunan Silahisabungan juga marga-marga Naiborhu, Rumasingap, Sigiro, Sipayung, Sipangkar, Doloksaribu, Sinurat Nadapdap dan Sembiring di Tanah Karo intinya masuk Silahisabungan. Untuk 7 (tujuh) anak Silahisabungan diakulade Silalahi tetapi Si Raja Tambun tidak ikut. Penjelasan tidak ada dan marga-marga yang masuk Silahisabungan dalam catatan tambahan tidak jelas turunan siapa.

3.     RT. Tambunan SH, seperti dalam Poda Sagu-sagu Marlangan tahun 1990 menulis silsilah Silahisabungan sebagai berikut :

Silahisabungan :
Sponte I Pinggan Matio br. Padang batanghari
1. Laho Raja ( Sihaloho)
2. Nungkir Raja (Situngkir)
3. Sondiraja (Sirumasondi)
Deang na mora (boru)
4. Butar Raja (Sinabutar)
5. Dabariba Raja (Sidabariba)
6. Debang Raja (Sidebang)
7. Batu Raja (Pintubatu)

Sponte II Siboru Mailing Narasaon
8. Tambun Raja (Tambun)

Silsilah ini lebih lengkap karena nama putrinya pun ikut ditulus, jarang silsilah marga lain ditulis dengan putrinya.
Dari nama-nama putra-putri Silahisabungan ini tidak tertera adanya Silalahi sebagai marga maupun marga persatuan. Nama / marga-marga inilah yang terekam pada relief Tugu Silahisabungan di Silalahi Nabolak


4. Panitia Pusat Tugu / Tarombo Silahisabungan tahun 1968

T a r o m b o
A. Istri Omp. Silahisabungan
1. Pinggan Matio boru Padang Batanghari
2. Meleng-eleng boru Mangarerak

B. Putra-putra Omp. Silahisabungan
1. Sihaloho Raja
2. Situngkir Raja
3. Sondiraja
4. Sidabutar Raja
5. Sidabariba Raja
6. Sidebang Raja
7. Pintubatu Raja
8. Tambunan raja.

C. Putri Omp. Silahisabungan boru Deang Namora

Anjuran
1. Untuk menghindarkan salah paham dan untuk menjaga kemurnian Sagu-sagu Marlangan maka dianjurkan kepada seluruh marga Silahisabungan agar memakai istilah Silalahi dimuka marganya masing-masing.
2. Untuk menghindarkan kekeliruan pengertian marga yang sama antara turunan Sondi Raja / Raja Parmahan dan turunan Tambun Raja maka dianjurkan memakai Silalahi atau Tambun dimuka marganya masing-masing.


Umpamanya :
a. Silalahi Doloksaribu
    Silalahi Sinurat
    Silalahi Nadapdap
b. Tambun Doloksaribu
    Tambun Sinurat
    Tambun Nadapdap.

Menurut Panitia tarombo ini karena Silalahi hanya istilah, digunakan seluruh marga Silahisabungan sampai generasi keberapapun dan si Tambun Raja tidak terkecuali.

Penulis belum pernah mendengar atau mengetahui Doloksaribu, Sinurat dan Nadapdap berasal dari 2 (dua) marga yaitu Sondi Raja dan Tambun Raja, sedangkan Naiborhu dari marga yang mana tidak jelas.

Kalau namanya Panitia Tarombo dasar hukum sudah kuat dan putusan-putusannya mengikat akan tetapi Tarombo yang dihasilkan Mubes tahun 1968 ini hanya mampu membuat anjuran tentunya kapabilitas Panitia Tarombo ini kurang mendapat dukungan dari marga
.

Penggunaan istilah dalam silsilah marga hanya dijumpai pada turunan Silahisabungan versi Panitia Tarombo Mubes 1968 sehingga sulit membandingkannya dengan marga lain apa fungsi Silalahi sebagai istilah itu dipakai didepan marga.

1.  Drs. Richard Sinaga, leluhur marga-marga Batak dalam sejarah, silsilah dan legenda tahun 1997 membuat bagan silsilah Silahisabungan sebagai berikut :
1.     Loho Raja Sinabarno … Haloho, Sihaloho Tinapuran ….Depari
2.     Tungkir Raja Sibagason ….Pandia Situngkir Sipakpalan … Sipayung Sipangkar.
3.     Sondiraja Rumasondi.
4.     Butarraja, Sinabutar
5.     Sidabariba Raja, Sidabariba
6.     Debang Raja
7.     Baturaja, Pintubatu
8.     Tambun Raja, Tambunan


A. Istri Silahisabungan sudah ditulis 3 (tiga) orang:
1.     Pinggan matio boru padang batangkari dipermasalahkan dari induk marga mana.
2.     Pinta Haomasan (boru Baso Nabolon) putri sorbadijulu.
3.     Boru meleng-eleng anak ni Raja Mangarerak


B. Raja Parmahan, ada 3 (tiga) versi.

1. Silalahi Raja (Silalahi )
Raja bunga-bunga inilah, karena dari Parmahanan oleh Tuan Sihubil dinamai Raja Parmahan.
2. Sondiraja
3. Pintubatu : Sigiro 

C. Marga Silalahi ada beberapa pendapat :
1)    Marga Silalahi adalah marga untuk semua keturunan Silahisabungan di luar keturunan Tambun Raja.
2)    Marga Silalahi adalah marga untuk keturunan Silalahi Raja anak Silahisabungan yang lahir dari si Pinta Haomason.
3)    Marga Silalahi adalah marga yang digunakan keturunan Laho Raja yang bermukim di Toba.


D. Marga Silalahi dan Marga Tampubolon :
Si Giro (Raja Parmahan) anak Pintubatu diangkat anak kedua Tuan Sihubil antara Sapalatua (Tampubolon) dan sigiro (Raja Parmahan) terjalin hubungan persaudaraan melebihi persaudaraan hubungan darah yaitu sisada lulu anak sisada lulu boru. Ikrar ini mencakup antara marga Tampubolon dengan Saudara Sigiro yang menggunakan marga silalahi.
Pada tahun 1932 pada waktu peresmian Tugu Tuan Sihubil, marga Silalahi yang membawa sulang-sulang kepada hahadoli Tampubolon.
E. Marga Tampubolon.
Menurut sejarah Batak tulisan Batara Sakti, Doloksaribu, Sinurat, Naiborhu, dan Nadapdap adalah marga yang tumbuh dari Tambun
Demikian juga tulisan KK Immanuel Tambunan dalam sejarah Silahisabungan dengan Omp. Baruara.

WM. Hutagalung dalam Pustaka Batak mencantumkan Doloksaribu, Sinurat, Nadapdap tanpa ikut Naiborhu tumbuh dari Sigiro (Raja Parmahan) menurut tokoh Sondiraja di Jakarta, Doloksaribu, Sinurat, Nadapdap dan Naiborhu adalah keturunan Sondiraja.

Isi buku ini sudah mengungkap semua permasalahan dalam silsilah Silahisabungan hanya kemauan turunannya yang ditambah menyamakan titik pandang yang sama mengenai :
a.   Silalahi jelas adalah marga anak Silahisabungan dan tidak ada marga persatuan hanya mencakup satu ibu harus bersumber dari Bapak yaitu Silahisabungan.
b.  Laho Raja turunannya hanya 2 (dua) yaitu Sinaborno dan Sinapuran, turunan yang mana pindah ke Toba dan berobah menjadi Silalahi ! Apakah marga bisa dirobah-robah?
c.      Pada pesta Tugu Tuan Sihubil tahun 1932 marga Silalahi yang datang memberi Sulang-sulang kepada hahadoli Tampubolon, kenapa bukan Sigiro atau Pintubatu ?
Sepanjang diketahui marga Silalahi dari Pagarbatu/ Hinalang Balige tidak pernah mengaku marganya selain Silalahi berarti mereka bukan turunan Sigiro (Pintubatu), apa keengganan kita memakai marga asli sesuai warisan leluhur.
d. Doloksaribu, Sinurat, Naiborhu dan Nadapdap tidak mungkin dari Sondiraja karena adat ikrar tidak boleh kawin mengawini sampai turunannya antara Silalahi dengan Tambupolon, sedang Tampubolon sudah banyak yang kawin mengawini dengan Doloksaribu, Sinurat, Naiborhu dan Nadapdap, dapat dipastikan keturunan marga itu tumbuh dari turunan Si Raja Tambun sesuai tulisan Batara Sakti KK Immanuel Tambunan.



F. Mengenai Tugu Silahisabungan tidak kita ulas disini karena :
1)    Turunan Raja Tambun bonapasogit tidak setuju meresmikan sebelum jelas Tarombo karena, Tugu / makam akarnya terletak pada Tarombo jangan terulang situasi tahun 1964 dan 1968 dimana ada Doloksaribu, Sinurat, Nadapdap, Silalahi dan ada si Raja Tambun.
2)    Disarankan agar diseminarkan lebih dahulu sebelum peresmian Tugu / Makam, permintaan ini belum terjawab sudah diresmikan pada tangal 23 sampai dengan 27 Nopember 1981 (?!..)
Seorang Tokoh Tambunan di Jakarta berpendapat secara pribadi tidak setuju membuat Pesta Tugu setiap tahun karena bertentangan dengan keadaan umum dan bertentangan dengan agama

Comments

Popular posts from this blog

LEGENDA PERJALANAN SILAHISABUNGAN

RAJA PARMAHAN

KESIMPULAN